halaman

My Time

my conversation on twiiter

Jumat, 10 Februari 2012

tugasku dari buku "ekonomi indonesia , mau kemana?"



1)      Jelaskan pengendalian ekonomi makro dalam Ekonomi Pancasila….?
2)      Jelaskan persepektif makro pemulihan ekonomi Indonesia….?
3)      Jelaskan apa persyaratan dasar bagi ekonomi Indonesia untuk dapat pulih…?
4)      Bagaimana kebijakan moneter dalam mengatasi Commudity Bubble : keynote speech gubernur bank Indonesia 2008-2009…?
5)      Bagaimana dampak dengan adanya faktor import barang sesuai dengan ekonomi mikro dan makro….?


Pembahasan

1.   Jelaskan pengendalian ekonomi makro dalam ekonomi pancasila???

                              Dalam hal ini, saya akan mencoba membahas corak tiga permasalahan makro jangka pendek yang tampaknya dihadapi oleh berbagai Negara, baik yang menganut sistem ekonomi liberal, sosialis, maupun yang menganut sistem ekonomi “tengah-tengah” yakni: inflasi, pengangguran, dan ketimpangan neraca pembayaran.

Sistem Ekonomi Pancasila
Ada lima ciri utama yang ingin saya soroti disini:
1.       Adanya peran dominan koperasi dalam kehidupan ekonomi.
2.       Diterapkannya rangsangan-rangasangan yang bersifat ekonomis maupun moral untuk menggerakan roda perekonomian.
3.       Adanya kecendrungan dan kehendak social yang kuat kearah egalitarianism atau kemerataan social.
4.       Diberikannya prioritas utama pada terciptanya suatu ‘perekonomian nasional’ yang tangguh.
5.       Pengandalan pada system desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai membari arah bagi perkembangan ekonomi

Masalah Makro Ekonomi Pancasila
Setelah saya mengidentifikasikan ciri-ciri utama sistem ekonomi pancasila, kita sekarang mengidentifikasi : apakah implikasi ciri-ciri utama tersebut bagi corak barbagai masalah inflasi, pangangguran, dan ketimpangan neraca pembayaran dan bagaimana cara pengendaliannya?

ü  Inflasi

                Adanya dua macam inflasi utama, yaitu inflasi yang timbul karena kelebihan permintaan (demand inflasion) dan inflasi yang timbul kerana keneikan ongkos produksi (cost inflasion).
                Demand inflasion timbul karena permintaan agregat melebihi penawaran agregat. Pada prinsipnya hanya bias timbul kalau perencaan pusat dengan sengaja, atau karena salah perhitungan, menciptakan daya beli dalam masyarakat melebihi jumlah barang/jasa yang tersedia pada harga konstan. Tekanan inflasi timbul buka dalam kenaikan harga melainkan dalam bentuk memanjangnya antrian dimana-mana dam makin banyknya konsumen yang tidak berhasil memperoleh jatah (suppressed inflasion).
                Dalam kaitannya dengan masalah demand inflasion ini tampak bahwa sistem ekonomi pancasila yaitu harus menggandalkan pada kebijakan-kebijakan yang bersifat tidak langsung, misalnya melalui pengendalian kredit, peningkatan tingakt bunga, pengekangan pengeluaran pemerintah, dan instrumen-instrumen demand management lainnya. Namun ada beberapa hal yang membedakan corak pengendalian makro ekonomi pancasila dengan pengendalian makro di dalam sistem-sistem ekonomi lainnya:
                Pertama, moral suasion akan memegang peranan penting, demikian pula persuasi dan appeal pada kesadaran social dan keagamaan (social religious conscience) maupun saksi-saksi social dan politik. Maka demand inflasion dalam ekonomi pancasila seharusnya lebih mudah terkendalikan.
                Kedua, adanya kehendak sosial yang kuat kearah egalitarianism berate adanya kehendak sosila yang kuat pula untuk mengindari inflasi bahwa inflasi yang timbul adalah karena dorongan untuk memaksimumkan investasi demi pertumbuhan, sehingga pengorbanan sekarang akan diimbangi dengan manfaat yang lebih besar nanti, tidak bias diterima.
                Adanya tiga hal yang membedakan corak dan pengendaliannya dalam sistem ekonomi pancasila. Pertama, dalam hal adanya kegagalan panen, maka bisa diperkirakan bahwa pemerintah akan bereaksi dengan : (a) mengimpor bahan pangan agar harga bahan pangan didalam negeri tetap stabil, dan (b) memberikan subsidi kepada petani (koperasinya) yang mengalami kegagalan panen maupun kepada buruh tani yang menurun penghasilannya. Kedua, seandainya tekanan atau implus cost-inflasion timbul karena gejolak harga-harga luar negeri seharusnya pemerintah mencegah penularan inflasi luar negeri ini ke dalam negeri. Ketiga, adalah asumsi atau cita-cita bahwa pelaku pelaku ekonomi-konsumen, produsen, investor, aparat pemerintah, dan sebagainya-bukan melalui economic man, melainkan manusia yang lebih seimbang dalam perkembangan aspek ekonomi, sosial, dam keagamaannya. Dari segi ini pun terlihat bahwa bila sistem ekonomi tercapai, maka pengendalian inflasi akan menjadi lebih mudah.


ü  Pengangguran

                Masalah pengangguran mempunyai dua dimensi : dimensi jangka pendek dan dimensi jangka panjang. Masalah pengangguran jangka pendek timbul karena tingkat dan komposisi permintaan agregat masyarakat tidak sesuai dengan tingkat komposisi tenaga manusia dan sumber-sumber ekonomi lain yang tersedia. Intinya adanya ketidakserasian  antara permintaan agregat dan sumber-sumber ekonomi yang ada. Masalah pengangguran jangka panjang tidak lain adalah masalah kependudukan dan pembangunan ekonomi pada umunya.
                Dalam pasal 27 Undang-Undang Dasar 1945, ayat 2, yang berbunyi : “ tiap- tiap warganegara  berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Maknanya adalah bahwa konsep pengangguran yang kita pinjam dari teori ekonomi barat sebetulnya tidak terdapat di dalam kamus ekonomi pancasila. Pekerjaan dan penghidupan yang layak adalah hak warganegara dan sekaligus kewajiban Negara/masyarakat untuk menyediakannya. Sumber utama lapangan kerja adalah sektor swasta dan modus operasinnya adalah mekanisme pasar.
                Keynes mengatakan bahwa Negara berkewajiban mempertahankan tingkat permintaan agregat masyarakat agar sektor swasta bisa menyediakan lapangan kerja yang cukup (full ployment). Secara ideal pancasila mewajibkan pemerintah untuk tidak hanya berhenti pada mempertahankan permintaan agregat yang cukup dan memberikan tunjangan pengangguran sementara saja, dan memberikan tunjangan bagi mereka yang menganggur. Namun ini tidak berarti bahwa peluang dan ruang gerak bagi Negara untuk secara aktif menciptakan lapangan kerja sudah sangat terbatas.
                Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 harus diartikan bahwa Negara harus menggunakan semaksimal mungkin kemampuan anggarannya, kekuasaan pengaturannya, dan kekuasaan sosila-politiknya untuk menciptakan lapangan kerja baru.
                Mengenai masalah pengangguran, perlu disebutkan tersedianya satu ‘shock absorber’ dalam ekonomi pancasila. Perhitungan untung rugi bukanlah satu-satunya motif kegiatan ekonomi. Setiap pelaku ekonomi, memiliki perspektif yang lebih luas daripada perhitungan untung-rugi. Asas kekeluargaan harus melandasi setiap prilaku. Hubungan perburuhan pancasila harus mencegah agar buruh tidak harus menangung beban setiap shock atau gejolak semacam ini. Mereka harus bertindak sebagai semacam buffer bagi golongan ekonomi lemah yang bernama buruh atau karyawan. Perusahaan Negara harus lebih toleran terhadap penurunan sementara tingkat keuntungan. Jika prinsip pemerataan atau egalitarianism dilaksanakan sesuai dengan cita-cita yang melandasi sistem ekonomi pancasila, maka masalah ketimpangan komposisi permintann tidak timbul.


ü  Neraca Pembayaran

                Masalah maraca pembayaran timbul karena adanya hubungan ekonomi dengan luar negeri. Ada dua masalah neraca pembayaran, yaitu : pertama, masalah neraca pembayaran jangka pendek yang bersifat sementara, misalnya menurunya harga barang-barang ekspor utama karena fluktuasi jangka pendek dipasar dunia, semacam ini masih sifatnya sekunder karena masih bisa diatasi. Kedua, masalah neraca pembayaran jangka panjang, misalnya timbulnya defisit maraca pembayaran yang terus-menerus.
                Jadi jelas bahwa nasionalisme yang sehat harus dikembangan dalam konteks realita perkembangan ekomoni internasional yang terjadi. Bila realita mengendaki, perekonomian nasional kita harus disesuaikan denganya. Peyesuaian seperti ini bukan berate melepaskan sasaran agar perekonomian yang mandiri di dalam arena perekonomian dunia.

Kesimpulan: ketiga permasalahan makro itu – inflasi, pengangguran , dan ketimpangan neraca pembayaran- masih juga tetap bisa timbul separti dalam sistem-sistem ekonomi lain. Tetapi dengan struktur ekonomi dalam negeri yang terpadu dan seimbang, prilaku warga masyarakat yang seimbang, pula dari segi ekonomi, sosial dan religious, serta komitmen yang kuat pada prinsip egalitarianisme dan asa kekeluargaan pada umunya, akan menjadikan disatu pihak corak permasalahan makro yang dihadapi menjadi semakin ringan, dan pihak lain tersedianya instrumen pengendalian yang lebih luas. Sistem ekonomi pancasila mempunyai inner strength untuk mengatasi masalah-masalah makro jangka pendek yang dihadapi.




2.   Jelaskan persepektif makro pemulihan ekonomi Indonesia???

                Dalam jawaban yang saya buat mari kita lihat proses pemulihan ekonomi di Indonesia dari dua segi: teori dan kenyataan dan selanjutnya kita akan menarik kesimpulan umum. Masalah yang sering muncul ini ditandai dengan menurunya daya beli secara drastis, leyapnya minat investasi, meningkatnya kapasitas menganggur di berbagai sektor. The return of depression economics, kata paul krugman.
                Dalam keadaan yang seperti ini resep Keynes , yaitu mendongkrak permintaan melalui defisit fiskal, tidak akan memecahkan masalah. Karena respons sisi suplai lemah, maka kenaikan permintaan mungkin justru akan lebih memicu kenaikan harga daripada kenaikan output. Dengan demikian stimulasi permintaan harus dengan upaya menigkatkan daya respons suplai. Stimulasi melalui kebijakan fiskal mempunyai ruang gerak yang terbatas, karena beban untung pemerintah sangat besar.
                Kesimpulan saya bahwa, kunci stimulasi sisi permintaan terletak pada bangkitnya investasi swasta dan ekspor. Dan ini bergantung pada keberhasilan kita dalam mengembalikan kepercayaan investor dan menghilangkan hambatan sisi suplai. Resep Keynes murni, yaitu mendorong permintaan melalui difisit anggaran blanja, tidak akan mengatasi masalah. Stimulasi fiskal, sepanjang dapat kita lakukan dalam batas-batas kehati-hatian fiskal kita harus lakukan. Krisis proses  penyesuaian pada hakikatnya telah menciptakan dua hambatan bagi para pelaku ekonomi, yaitu : (a) premi resiko yang tinggi, dan (b) biaya transaksi yang tinggi. Premi resiko yang tinggi adalah refleksi dari confidence yang rendah, sedangkan biaya transaksi yang tinggi adalah cerminan dari hambatan-hambatan instutional.
                Proses pemuliahan ekonomi dapat dipandang sebagai proses penyesuaian yang menciptakan penigkatan produksi nasional yang berasal dari dua sumber yaitu : (a) tambahan sumber daya baru yang masuk kedalam sistem ekonomi (net investment), dan (b) realokasi sumber daya yang ada dari kegiatan-kegiatan yang kurang produktif atau tidak lagi menguntungkan ke kegiatan-kegiatan yang lebih produktif atau lebih menguntungkan. Apabila pengeluaran investasi kotor melebihi penyusutan atau apabila net investment positif dan meningkat. Pada saat itulah kita mengalami kebangkitan kembali dalam arti sebernarnya. Tapi sayang, tanda-tanda kebangkitan kembali investasi ini sampai saat ini belum tampak.
                Langkah yang diperlukan, yaitu prioritas tertinggi harus diberikan kepada penegakan keamanan dan ketertiban (law and order), karena ini melandasi langkah-langkah lainya. Selanjutnya juga ada kesepakatan bahwa pembenahan sektor perbankan dan peyeselaian utang dunia usaha harus ditempatkan pada pringkat teratas. Dan juga perlunya kordinasi yang baik dalam keputusan kebijakan pada tingkat kabinet, khususnya tingkat ekonomi, petingnya penjabaran secara rinci dari segi administrative/birokrasi setiap keputusan kebijakan, pentingnya pemupukan kesatuan pandang dan kemitraan yang lebih mendalam antara pemerintah dan DPR bagi kebijakan-kebijakan yang menentukan proses pemulihan ekonomi, dan perlunya sosialisasi dan diseminasi informasi yang efektif kepada masyarakat mengenai kebijakan-kebijakan yang akan dilaksanakan.



3.   Jelaskan apa persyaratan dasar bagi ekonomi Indonesia untuk dapat pulih???

                Dibidang ekonomi, masih banyak kegiata-kegiatan yang belum berjalan ini disebabkan oleh tiga hal yakni : pertama, para pelaku ekonomi belum yakin atas situasi keamanan dan ketertiban umum. Kedua, mereka belum melihat adanya aturan main yang jelas di berbagai bidang. Ketiga, mereka belum yakin bahwa kebijakan ekonomi yang digariskan hari ini tidak berubah besok pagi karena ada perubahan angin politik. Yaitu masalah, law and order, rules of the game, dan policy consistency.
                Order atau ketertiban adalah, landasan esistensi setiap masyarakat. Tanpa order tidak ada masyarakat. Bagaimanapun buruknya suatu order, masih lebih baik daripada no order, seperti yang digambarkan oleh tamzilnya yang terkenal mengenai roving bandits and stationary bandits. Bagaimanapun, ketertiban adalah first order condition yang harus kita penuhi, atau kita tunjukan ada langkah-langkah maju. Dibidang ekonomi ada dua aspek rules of law yaitu, terjaminya property rights dan contract rights.
                Kita harus membedakan antara policy inconsistency dan perubahan policy karena memang kondisi riil berubah dan menuntut perubahan policy. Perubahan policy harus dilakukan apabila kondisi berubah. Namun policy consistency meminta kita untuk tidak mengubah policy hanya karena perubahan selera atau angin politik sesaat. Policy consistency juga menginkan kita untuk tidak dengan mudah menilai policy masalalu, yang barangkali merupakan langkah maksimal bila dilakukan untuk kondisi masa iitu, dengan menggunakan standar masakini. Yang dibutuhkan adalah kearifan untuk mendudukan sense of change dan sense of continuity itu secara proporsioanal itu penting agar tidak membingungkan pasar dan tidak menimbulkan ketidakpastian bagi para investor dan juga pejabat dan aparat Negara sebagai pelaksanaan policy- karena masakini akan menjadi masa lalu di masa depan. Kearifan sikap ini adala menjadi kunci agar pemulihan ekonomi kita tidak makin ketinggalan dari Negara tetangga kita.


Bagaimana kebijakan moneter dalam mengatasi Commudity Bubble : keynote speech gubernur bank Indonesia 2008-2009???

Akar permasalahan

                Pangan dan energi adalah penompang utama kehidupan manusia, dan bahkan kehidupan makhluk pada umumnya, semenjak kehidupan mulai ada di bumi. Contoh konkret betapa dalam dikotonomi yang digambarkan dalam teori ekonomi sebernarnya tidak terjadi dalam kenyataan, meskipun untuk jangka panjang super cycle ini disebabkan oleh interaksi antara factor riil dan factor moneter. Faktor riilnya adalah, permintaan pangan dan energy meningkat pesat karena pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat selama sekitar dua dasawarsa ini. Ada dua kelompok utama permintaan ini. Pertama, permintaan akan tambahan stock untuk berjaga-jaga karena meningkatnya ketidakpastian suplai yang dipicu oleh hal-hal seperti bencana alam dan situasi politik. Kedua, permintaan akan pangan dan energy yang timbul karena kedua komoditas ini menjadi obyek spekulasi. Khusus untuk pangan, karena melambungnya harga minyak bumi maka terjadilah proses subtitusi dari pangan untuk energy, biofuels mengganti fossil fuels.
               
Teknologi segabai solusi

                Terobosan teknologi yang secara efektif dapat menghemat konsumsi dan memacu produksi. Teknologi-teknologi yang ada masih dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi pangan dan energy. Kita tidak perlu menunggu teknologi-teknologi baru yang dalam taraf pengembangan di Negara maju. Di bidang pangan, pemanfaatan benih unggul, teknologi pasca panen yang lebih baik, proses produksi skala besar dan sebagainya dapat meningkatkan produksi secara signifikan.

Kebijakan Moneter dan Commodity bubble

                Apabila pada suatu gelembung ini gembos, harga akan turun ke tingkat yang lebih “normal” di bawah harga yang sekarang ini. Tetapi ia akan tetap tinggi karena dalam waktu dekat kenaikan suplai belum cukup untuk memenuhi permintaan yang memang tinggi dan terus meningkat. Saya tidak tahu précis seberapa besar unsure spekulatif ini, tetapi ada yang memperkirakan sekitar 30% dari harga minyak mentah yang berlaku di pasar sekarang adalah bubble. Kalu harga minyak turun, harga pangan juga akan turun. Basis bubble adalah, ekspetasi bahwa harga akan terus naik di waktu yang akan datang, bubble akan gembos apabila kebijakan uang ketat diterapkan. Syarat utama keberhasilan pengendalian ekspektasi inflasi adalah kredibilitas bank sentral, yang dinilai dari rekam jejak bank sentral, dengan kredibilitas yang baik seiring dengan rendahnya ekspektasi inflasi biaya pengendalian inflasi menjadi lebih murah, karena pelaku usaha yakin bank sentral tidak akan membiarkan terjadinya kenaikan harga.


Bagaimana dampak dengan adanya faktor import barang sesuai dengan ekonomi mikro dan makro???

Perdagangan internasional meningkat seiring dengan menigkatnya tingkat keterbukaan perekonomian. Harga memainkan peran penting dalam perdangangan internasional, perbedaan harga menyebabkan suatu Negara dapat mengekspor atau mengimpor barang dan jasa. Perdangan internasional akan melibatkan berbagai mata uang sehingga peranan nilai tukar (kurs) menjadi penting dalam interaksi ekonomi antar Negara (samuelson, 2004: 305).
                Kegiatan ekspor di suatu Negara dipengaruhi oleh permintaan luar negeri terhadap barang-barang domestic. Semakin tinggi GDP luar negeri terkait dengan kemampuan daya beli masyarakat luar negeri menunjukan bahwa terjadi kenaikan permintaan akan barang-barang konsumsi, baik barang domestik maupun luar negeri, sehingga kenaikan tingkat pendapatan masyarakat luar negeri akan mendorong nilai impor di domestik.
                Dampak ekspor dan impor :
1.       Ekspor akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi khususnya dalam kasus Negara-negara miskin yang sangat membutuhkan devisa guna mengimpor barang modal untuk produksi domestic.
2.       Sebaliknya, pertumbuhan akan mempengaruhi ekspor dalam kasus negera-negara yang memiliki keunggulan komperatif dalam komoditi perdangangan tertentu sehingga mampu memproduksi lebih banyak dari yang di konsumsinya (mengalami surplus dalam ekspor).
                Impor merupakan bagian permintaan domestic akan barang-barang dari luar negeri. Meningkatnya GDP Indonesia terkait dengan kemampuan daya beli masyarakat. Semakin tinggi pendapatan domestic mendorong untuk meningkatnya permintaan akan semua barang, baik domestic maupun luar negeri. Sehingga semakin tinggi pendapatan domestic, maka akan mendorong tingginya permintaan akan barang impor (Blanchard, 2009: 421)
                Nilai tukar pada umunya mengalami perubahan secara berarti dari waktu ke waktu. Fluktuasi yang dialami oleh nilai tukar akan berpengaruh pada aktifitas ekspor dan impor. Pengaruh nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi terjadi melalui perdangangan internasional. Perubahan nilai tukar mencerminkan perubahan daya saing antara Indonesia dengan mitra dagangnya. Semakin tinggi nilai tukar riil, semakin akan medorong ekspor dan sebaliknya. Disamping itu semakin berkurangnya nilai tukar riil akan kondusif bagi iklim perdagangan internasional sehingga dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
3.       Perdangan internasional menyebabkan nilai tukar Negara berkembang mangalami penurunan. Hal ini disebabkan ekspornya masih terbatas pada barang-barang primer, sedangkan impornya berupa barang manufaktur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar