1)
Jelaskan pengendalian ekonomi makro dalam
Ekonomi Pancasila….?
2)
Jelaskan persepektif makro pemulihan ekonomi
Indonesia….?
3)
Jelaskan apa persyaratan dasar bagi ekonomi
Indonesia untuk dapat pulih…?
4)
Bagaimana kebijakan moneter dalam mengatasi
Commudity Bubble : keynote speech gubernur bank Indonesia 2008-2009…?
5)
Bagaimana dampak dengan adanya faktor import
barang sesuai dengan ekonomi mikro dan makro….?
Pembahasan
1. Jelaskan pengendalian ekonomi
makro dalam ekonomi pancasila???
Dalam
hal ini, saya akan mencoba membahas corak tiga permasalahan makro jangka pendek
yang tampaknya dihadapi oleh berbagai Negara, baik yang menganut sistem ekonomi
liberal, sosialis, maupun yang menganut sistem ekonomi “tengah-tengah” yakni:
inflasi, pengangguran, dan ketimpangan neraca pembayaran.
Sistem Ekonomi Pancasila
Ada lima ciri utama yang ingin saya soroti
disini:
1. Adanya
peran dominan koperasi dalam kehidupan ekonomi.
2. Diterapkannya
rangsangan-rangasangan yang bersifat ekonomis maupun moral untuk menggerakan
roda perekonomian.
3. Adanya
kecendrungan dan kehendak social yang kuat kearah egalitarianism atau
kemerataan social.
4. Diberikannya
prioritas utama pada terciptanya suatu ‘perekonomian nasional’ yang tangguh.
5.
Pengandalan pada system desentralisasi dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang kuat
sebagai membari arah bagi perkembangan ekonomi
Masalah Makro Ekonomi Pancasila
Setelah saya mengidentifikasikan ciri-ciri utama sistem
ekonomi pancasila, kita sekarang mengidentifikasi : apakah implikasi ciri-ciri
utama tersebut bagi corak barbagai masalah inflasi, pangangguran, dan
ketimpangan neraca pembayaran dan bagaimana cara pengendaliannya?
ü Inflasi
Adanya
dua macam inflasi utama, yaitu inflasi yang timbul karena kelebihan permintaan
(demand inflasion) dan inflasi yang timbul kerana keneikan ongkos produksi
(cost inflasion).
Demand
inflasion timbul karena permintaan agregat melebihi penawaran agregat. Pada
prinsipnya hanya bias timbul kalau perencaan pusat dengan sengaja, atau karena
salah perhitungan, menciptakan daya beli dalam masyarakat melebihi jumlah
barang/jasa yang tersedia pada harga konstan. Tekanan inflasi timbul buka dalam
kenaikan harga melainkan dalam bentuk memanjangnya antrian dimana-mana dam
makin banyknya konsumen yang tidak berhasil memperoleh jatah (suppressed
inflasion).
Dalam
kaitannya dengan masalah demand inflasion ini tampak bahwa sistem ekonomi
pancasila yaitu harus menggandalkan pada kebijakan-kebijakan yang bersifat
tidak langsung, misalnya melalui pengendalian kredit, peningkatan tingakt
bunga, pengekangan pengeluaran pemerintah, dan instrumen-instrumen demand
management lainnya. Namun ada beberapa hal yang membedakan corak pengendalian
makro ekonomi pancasila dengan pengendalian makro di dalam sistem-sistem
ekonomi lainnya:
Pertama,
moral suasion akan memegang peranan penting, demikian pula persuasi dan appeal
pada kesadaran social dan keagamaan (social religious conscience) maupun
saksi-saksi social dan politik. Maka demand inflasion dalam ekonomi pancasila
seharusnya lebih mudah terkendalikan.
Kedua,
adanya kehendak sosial yang kuat kearah egalitarianism berate adanya kehendak
sosila yang kuat pula untuk mengindari inflasi bahwa inflasi yang timbul adalah
karena dorongan untuk memaksimumkan investasi demi pertumbuhan, sehingga
pengorbanan sekarang akan diimbangi dengan manfaat yang lebih besar nanti,
tidak bias diterima.
Adanya
tiga hal yang membedakan corak dan pengendaliannya dalam sistem ekonomi
pancasila. Pertama, dalam hal adanya
kegagalan panen, maka bisa diperkirakan bahwa pemerintah akan bereaksi dengan :
(a) mengimpor bahan pangan agar harga bahan pangan didalam negeri tetap stabil,
dan (b) memberikan subsidi kepada petani (koperasinya) yang mengalami kegagalan
panen maupun kepada buruh tani yang menurun penghasilannya. Kedua, seandainya tekanan atau implus cost-inflasion timbul
karena gejolak harga-harga luar negeri seharusnya pemerintah mencegah penularan
inflasi luar negeri ini ke dalam negeri. Ketiga,
adalah asumsi atau cita-cita bahwa pelaku pelaku ekonomi-konsumen, produsen,
investor, aparat pemerintah, dan sebagainya-bukan melalui economic man,
melainkan manusia yang lebih seimbang dalam perkembangan aspek ekonomi, sosial,
dam keagamaannya. Dari segi ini pun terlihat bahwa bila sistem ekonomi
tercapai, maka pengendalian inflasi akan menjadi lebih mudah.
ü Pengangguran
Masalah
pengangguran mempunyai dua dimensi : dimensi jangka pendek dan dimensi jangka
panjang. Masalah pengangguran jangka pendek timbul karena tingkat dan komposisi
permintaan agregat masyarakat tidak sesuai dengan tingkat komposisi tenaga
manusia dan sumber-sumber ekonomi lain yang tersedia. Intinya adanya
ketidakserasian antara permintaan
agregat dan sumber-sumber ekonomi yang ada. Masalah pengangguran jangka panjang
tidak lain adalah masalah kependudukan dan pembangunan ekonomi pada umunya.
Dalam
pasal 27 Undang-Undang Dasar 1945, ayat 2, yang berbunyi : “ tiap- tiap warganegara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Maknanya
adalah bahwa konsep pengangguran yang kita pinjam dari teori ekonomi barat
sebetulnya tidak terdapat di dalam kamus ekonomi pancasila. Pekerjaan dan
penghidupan yang layak adalah hak warganegara dan sekaligus kewajiban
Negara/masyarakat untuk menyediakannya. Sumber utama lapangan kerja adalah
sektor swasta dan modus operasinnya adalah mekanisme pasar.
Keynes
mengatakan bahwa Negara berkewajiban mempertahankan tingkat permintaan agregat
masyarakat agar sektor swasta bisa menyediakan lapangan kerja yang cukup (full
ployment). Secara ideal pancasila mewajibkan pemerintah untuk tidak hanya
berhenti pada mempertahankan permintaan agregat yang cukup dan memberikan
tunjangan pengangguran sementara saja, dan memberikan tunjangan bagi mereka
yang menganggur. Namun ini tidak berarti bahwa peluang dan ruang gerak bagi
Negara untuk secara aktif menciptakan lapangan kerja sudah sangat terbatas.
Pasal
27 ayat 2 UUD 1945 harus diartikan bahwa Negara harus menggunakan semaksimal
mungkin kemampuan anggarannya, kekuasaan pengaturannya, dan kekuasaan
sosila-politiknya untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Mengenai
masalah pengangguran, perlu disebutkan tersedianya satu ‘shock absorber’ dalam
ekonomi pancasila. Perhitungan untung rugi bukanlah satu-satunya motif kegiatan
ekonomi. Setiap pelaku ekonomi, memiliki perspektif yang lebih luas daripada
perhitungan untung-rugi. Asas kekeluargaan harus melandasi setiap prilaku.
Hubungan perburuhan pancasila harus mencegah agar buruh tidak harus menangung
beban setiap shock atau gejolak semacam ini. Mereka harus bertindak sebagai
semacam buffer bagi golongan ekonomi lemah yang bernama buruh atau karyawan.
Perusahaan Negara harus lebih toleran terhadap penurunan sementara tingkat
keuntungan. Jika prinsip pemerataan atau egalitarianism dilaksanakan sesuai
dengan cita-cita yang melandasi sistem ekonomi pancasila, maka masalah
ketimpangan komposisi permintann tidak timbul.
ü Neraca Pembayaran
Masalah
maraca pembayaran timbul karena adanya hubungan ekonomi dengan luar negeri. Ada
dua masalah neraca pembayaran, yaitu :
pertama, masalah neraca pembayaran jangka pendek yang bersifat sementara,
misalnya menurunya harga barang-barang ekspor utama karena fluktuasi jangka
pendek dipasar dunia, semacam ini masih sifatnya sekunder karena masih bisa
diatasi. Kedua, masalah neraca
pembayaran jangka panjang, misalnya timbulnya defisit maraca pembayaran yang
terus-menerus.
Jadi
jelas bahwa nasionalisme yang sehat harus dikembangan dalam konteks realita
perkembangan ekomoni internasional yang terjadi. Bila realita mengendaki,
perekonomian nasional kita harus disesuaikan denganya. Peyesuaian seperti ini
bukan berate melepaskan sasaran agar perekonomian yang mandiri di dalam arena
perekonomian dunia.
Kesimpulan:
ketiga permasalahan makro itu – inflasi, pengangguran , dan ketimpangan neraca
pembayaran- masih juga tetap bisa timbul separti dalam sistem-sistem ekonomi
lain. Tetapi dengan struktur ekonomi dalam negeri yang terpadu dan seimbang,
prilaku warga masyarakat yang seimbang, pula dari segi ekonomi, sosial dan
religious, serta komitmen yang kuat pada prinsip egalitarianisme dan asa
kekeluargaan pada umunya, akan menjadikan disatu pihak corak permasalahan makro
yang dihadapi menjadi semakin ringan, dan pihak lain tersedianya instrumen
pengendalian yang lebih luas. Sistem ekonomi pancasila mempunyai inner strength
untuk mengatasi masalah-masalah makro jangka pendek yang dihadapi.
2. Jelaskan persepektif makro
pemulihan ekonomi Indonesia???
Dalam
jawaban yang saya buat mari kita lihat proses pemulihan ekonomi di Indonesia
dari dua segi: teori dan kenyataan dan selanjutnya kita akan menarik kesimpulan
umum. Masalah yang sering muncul ini ditandai dengan menurunya daya beli secara
drastis, leyapnya minat investasi, meningkatnya kapasitas menganggur di
berbagai sektor. The return of depression economics, kata paul krugman.
Dalam
keadaan yang seperti ini resep Keynes , yaitu mendongkrak permintaan melalui
defisit fiskal, tidak akan memecahkan masalah. Karena respons sisi suplai
lemah, maka kenaikan permintaan mungkin justru akan lebih memicu kenaikan harga
daripada kenaikan output. Dengan demikian stimulasi permintaan harus dengan
upaya menigkatkan daya respons suplai. Stimulasi melalui kebijakan fiskal
mempunyai ruang gerak yang terbatas, karena beban untung pemerintah sangat
besar.
Kesimpulan
saya bahwa, kunci stimulasi sisi permintaan terletak pada bangkitnya investasi
swasta dan ekspor. Dan ini bergantung pada keberhasilan kita dalam
mengembalikan kepercayaan investor dan menghilangkan hambatan sisi suplai.
Resep Keynes murni, yaitu mendorong permintaan melalui difisit anggaran blanja,
tidak akan mengatasi masalah. Stimulasi fiskal, sepanjang dapat kita lakukan
dalam batas-batas kehati-hatian fiskal kita harus lakukan. Krisis proses penyesuaian pada hakikatnya telah menciptakan
dua hambatan bagi para pelaku ekonomi, yaitu : (a) premi resiko yang tinggi,
dan (b) biaya transaksi yang tinggi. Premi resiko yang tinggi adalah refleksi
dari confidence yang rendah, sedangkan biaya transaksi yang tinggi adalah
cerminan dari hambatan-hambatan instutional.
Proses
pemuliahan ekonomi dapat dipandang sebagai proses penyesuaian yang menciptakan
penigkatan produksi nasional yang berasal dari dua sumber yaitu : (a) tambahan
sumber daya baru yang masuk kedalam sistem ekonomi (net investment), dan (b)
realokasi sumber daya yang ada dari kegiatan-kegiatan yang kurang produktif
atau tidak lagi menguntungkan ke kegiatan-kegiatan yang lebih produktif atau
lebih menguntungkan. Apabila pengeluaran investasi kotor melebihi penyusutan
atau apabila net investment positif dan meningkat. Pada saat itulah kita
mengalami kebangkitan kembali dalam arti sebernarnya. Tapi sayang, tanda-tanda
kebangkitan kembali investasi ini sampai saat ini belum tampak.
Langkah
yang diperlukan, yaitu prioritas tertinggi harus diberikan kepada penegakan
keamanan dan ketertiban (law and order), karena ini melandasi langkah-langkah
lainya. Selanjutnya juga ada kesepakatan bahwa pembenahan sektor perbankan dan
peyeselaian utang dunia usaha harus ditempatkan pada pringkat teratas. Dan juga
perlunya kordinasi yang baik dalam keputusan kebijakan pada tingkat kabinet,
khususnya tingkat ekonomi, petingnya penjabaran secara rinci dari segi
administrative/birokrasi setiap keputusan kebijakan, pentingnya pemupukan
kesatuan pandang dan kemitraan yang lebih mendalam antara pemerintah dan DPR
bagi kebijakan-kebijakan yang menentukan proses pemulihan ekonomi, dan perlunya
sosialisasi dan diseminasi informasi yang efektif kepada masyarakat mengenai
kebijakan-kebijakan yang akan dilaksanakan.
3. Jelaskan apa persyaratan dasar
bagi ekonomi Indonesia untuk dapat pulih???
Dibidang
ekonomi, masih banyak kegiata-kegiatan yang belum berjalan ini disebabkan oleh
tiga hal yakni : pertama, para
pelaku ekonomi belum yakin atas situasi keamanan dan ketertiban umum. Kedua, mereka belum melihat adanya
aturan main yang jelas di berbagai bidang. Ketiga,
mereka belum yakin bahwa kebijakan ekonomi yang digariskan hari ini tidak
berubah besok pagi karena ada perubahan angin politik. Yaitu masalah, law and order, rules of the game, dan policy
consistency.
Order
atau ketertiban adalah, landasan esistensi setiap masyarakat. Tanpa order tidak
ada masyarakat. Bagaimanapun buruknya suatu order, masih lebih baik daripada no
order, seperti yang digambarkan oleh tamzilnya yang terkenal mengenai roving
bandits and stationary bandits. Bagaimanapun, ketertiban adalah first order
condition yang harus kita penuhi, atau kita tunjukan ada langkah-langkah maju.
Dibidang ekonomi ada dua aspek rules of law yaitu, terjaminya property rights
dan contract rights.
Kita
harus membedakan antara policy inconsistency dan perubahan policy karena memang
kondisi riil berubah dan menuntut perubahan policy. Perubahan policy harus
dilakukan apabila kondisi berubah. Namun policy consistency meminta kita untuk
tidak mengubah policy hanya karena perubahan selera atau angin politik sesaat.
Policy consistency juga menginkan kita untuk tidak dengan mudah menilai policy
masalalu, yang barangkali merupakan langkah maksimal bila dilakukan untuk
kondisi masa iitu, dengan menggunakan standar masakini. Yang dibutuhkan adalah
kearifan untuk mendudukan sense of change dan sense of continuity itu secara
proporsioanal itu penting agar tidak membingungkan pasar dan tidak menimbulkan
ketidakpastian bagi para investor dan juga pejabat dan aparat Negara sebagai
pelaksanaan policy- karena masakini akan menjadi masa lalu di masa depan.
Kearifan sikap ini adala menjadi kunci agar pemulihan ekonomi kita tidak makin
ketinggalan dari Negara tetangga kita.
Bagaimana kebijakan moneter dalam mengatasi Commudity
Bubble : keynote speech gubernur bank Indonesia 2008-2009???
Akar permasalahan
Pangan
dan energi adalah penompang utama kehidupan manusia, dan bahkan kehidupan
makhluk pada umumnya, semenjak kehidupan mulai ada di bumi. Contoh konkret
betapa dalam dikotonomi yang digambarkan dalam teori ekonomi sebernarnya tidak
terjadi dalam kenyataan, meskipun untuk jangka panjang super cycle ini
disebabkan oleh interaksi antara factor riil dan factor moneter. Faktor riilnya
adalah, permintaan pangan dan energy meningkat pesat karena pertumbuhan ekonomi
dunia yang pesat selama sekitar dua dasawarsa ini. Ada dua kelompok utama
permintaan ini. Pertama, permintaan akan tambahan stock untuk berjaga-jaga
karena meningkatnya ketidakpastian suplai yang dipicu oleh hal-hal seperti
bencana alam dan situasi politik. Kedua, permintaan akan pangan dan energy yang
timbul karena kedua komoditas ini menjadi obyek spekulasi. Khusus untuk pangan,
karena melambungnya harga minyak bumi maka terjadilah proses subtitusi dari
pangan untuk energy, biofuels mengganti fossil fuels.
Teknologi segabai solusi
Terobosan
teknologi yang secara efektif dapat menghemat konsumsi dan memacu produksi.
Teknologi-teknologi yang ada masih dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
produksi pangan dan energy. Kita tidak perlu menunggu teknologi-teknologi baru
yang dalam taraf pengembangan di Negara maju. Di bidang pangan, pemanfaatan
benih unggul, teknologi pasca panen yang lebih baik, proses produksi skala
besar dan sebagainya dapat meningkatkan produksi secara signifikan.
Kebijakan Moneter dan Commodity bubble
Apabila
pada suatu gelembung ini gembos, harga akan turun ke tingkat yang lebih
“normal” di bawah harga yang sekarang ini. Tetapi ia akan tetap tinggi karena
dalam waktu dekat kenaikan suplai belum cukup untuk memenuhi permintaan yang
memang tinggi dan terus meningkat. Saya tidak tahu précis seberapa besar unsure
spekulatif ini, tetapi ada yang memperkirakan sekitar 30% dari harga minyak
mentah yang berlaku di pasar sekarang adalah bubble. Kalu harga minyak turun,
harga pangan juga akan turun. Basis bubble adalah, ekspetasi bahwa harga akan
terus naik di waktu yang akan datang, bubble akan gembos apabila kebijakan uang
ketat diterapkan. Syarat utama keberhasilan pengendalian ekspektasi inflasi
adalah kredibilitas bank sentral, yang dinilai dari rekam jejak bank sentral,
dengan kredibilitas yang baik seiring dengan rendahnya ekspektasi inflasi biaya
pengendalian inflasi menjadi lebih murah, karena pelaku usaha yakin bank
sentral tidak akan membiarkan terjadinya kenaikan harga.
Bagaimana dampak dengan adanya faktor import barang sesuai
dengan ekonomi mikro dan makro???
Perdagangan internasional meningkat seiring dengan
menigkatnya tingkat keterbukaan perekonomian. Harga memainkan peran penting
dalam perdangangan internasional, perbedaan harga menyebabkan suatu Negara
dapat mengekspor atau mengimpor barang dan jasa. Perdangan internasional akan
melibatkan berbagai mata uang sehingga peranan nilai tukar (kurs) menjadi
penting dalam interaksi ekonomi antar Negara (samuelson, 2004: 305).
Kegiatan
ekspor di suatu Negara dipengaruhi oleh permintaan luar negeri terhadap
barang-barang domestic. Semakin tinggi GDP luar negeri terkait dengan kemampuan
daya beli masyarakat luar negeri menunjukan bahwa terjadi kenaikan permintaan
akan barang-barang konsumsi, baik barang domestik maupun luar negeri, sehingga
kenaikan tingkat pendapatan masyarakat luar negeri akan mendorong nilai impor
di domestik.
Dampak
ekspor dan impor :
1. Ekspor
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi khususnya dalam kasus Negara-negara
miskin yang sangat membutuhkan devisa guna mengimpor barang modal untuk
produksi domestic.
2. Sebaliknya,
pertumbuhan akan mempengaruhi ekspor dalam kasus negera-negara yang memiliki
keunggulan komperatif dalam komoditi perdangangan tertentu sehingga mampu
memproduksi lebih banyak dari yang di konsumsinya (mengalami surplus dalam
ekspor).
Impor merupakan bagian
permintaan domestic akan barang-barang dari luar negeri. Meningkatnya GDP
Indonesia terkait dengan kemampuan daya beli masyarakat. Semakin tinggi
pendapatan domestic mendorong untuk meningkatnya permintaan akan semua barang,
baik domestic maupun luar negeri. Sehingga semakin tinggi pendapatan domestic,
maka akan mendorong tingginya permintaan akan barang impor (Blanchard, 2009:
421)
Nilai tukar pada umunya
mengalami perubahan secara berarti dari waktu ke waktu. Fluktuasi yang dialami
oleh nilai tukar akan berpengaruh pada aktifitas ekspor dan impor. Pengaruh
nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi terjadi melalui perdangangan
internasional. Perubahan nilai tukar mencerminkan perubahan daya saing antara
Indonesia dengan mitra dagangnya. Semakin tinggi nilai tukar riil, semakin akan
medorong ekspor dan sebaliknya. Disamping itu semakin berkurangnya nilai tukar
riil akan kondusif bagi iklim perdagangan internasional sehingga dapat
mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
3. Perdangan
internasional menyebabkan nilai tukar Negara berkembang mangalami penurunan.
Hal ini disebabkan ekspornya masih terbatas pada barang-barang primer,
sedangkan impornya berupa barang manufaktur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar