STUDY KASUS ELASTISITAS
(elastisitas pendapatan)
DOSEN:
KHOIRUL UMAM.SE
NAMA
KELOMPOK :
RIMA ARDHANY N. 316.111.020
RISKA MERYLIA P. 316.111.021
RISKA FAUZIAH 316.111.022
ROCHI RAMADHAN 316.111.023
SETYOWATI 316.111.024
SITI NURCHASANAH 316.111.025
SURYA ATMAJAYA 316.111.026
TAUFIK HIDAYAT 316.111.027
SEBAGAI TUGAS PENGANTAR EKONOMI MIKRO
STIE MUHAMMAD HUSNI THAMRIN
MANAJEMEN 2011
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah serta Inayahnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan judul “ ELASTISITAS PENDAPATAN “.
Dengan terselesaikan tugas ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami baik secara moral dan materil.
Semoga tugas kami dapat bermanfaat untuk semua pihak dan khususnya untuk kami sendiri, untuk
menyempurnakan makalah ini kami menerima kritik dan saran dari semua pihak.
DAFTAR ISI
Kata
pengantar………................................................................................1
Daftar isi
…………………………………………………………………………2
Bab
I………………………………………………………………………..…….3
1.1 Latar belakang…………………...…………………………………..4
1.2
Rumusan Masalah……………………………………………………….……….5
Bab
II………………………………………………………………………………………..…..6
Pembahasan……………………………………………………..……………………6
Bab
III……………………………………………………………………….…………………..7
Kesimpulan……………………………………………………………………….……7
Saran……………………………………………………………………………….…..7
Daftar
pustaka………………………………………………………………………….……..8
BAB 1
1.1
Latar
Belakang
Tingkat Belanja Warga Luar Jawa Siap
Naik
Penelitian yang lakukan Credit
Sussie Limited akan pasar emerging consumer, menujukkan tingkat konsumsi
Indonesia, khususnya masyarakat non-Jawa akan meningkat seiring dengan
penetrasi yang dilakukan oleh pelaku industri. Hal ini berdampak pada porsi
konsumsi atau tingkat belanja yang meningkat atas pendapatan masyarakat yang
tinggal di pulau non Jawa akan meningkat
Demikian disampaikan Vice President Equity Research Credit Suisse Securities, Teddy Oetomo dalam press confrence di kantornya, Gedung Sampoerna Strategic Partner, Jalan Dr. Satrio Jakarta, Senin (17/1/2011).
"Penetrasi pasar masih tinggi di luar Jawa, karena di sana tingkat saving-nya tinggi sedangkan konsumsinya rendah. Pendapatan rata-rata mereka juga jauh lebih tinggi," paparnya.
Menurutnya, pendapatan rata-rata penduduk Jawa adalah 2,4 juta per bulan. Ini lebih rendah dari pada luar Jawa yang mencapai 2,84 juta per bulan. Meski pendapatan lebih tinggi, survei membuktikan tingkat konsumsi mereka jauh lebih rendah dibandingkan pulau Jawa.
Tingkat konsumsi yang rendah bukan karena tingkat permintaan yang kurang. Namun lebih karena penetrasi pasar yang dilakukan pelaku industri masih sangat rendah. Ke depan dengan ekspektasi ekonomi tumbuh, dengan didorong oleh peningkatan infrastruktur, maka tingkat konsumsi masyarakat non Jawa pun akan meningkat.
"Tingkat saving (masyarakat) Jawa secara rata-rata 0,24 juta per bulan, dan non Jawa 0,52 juta per bulan. Berarti konsumsi mereka kan lebih rendah, dan belum tentu kecil, dia tidak mampu. Namun lebih ke penetrasi saja yang kurang," paparnya.
Yang menjadi sorotan lebih atas survei tersebut, yaitu sebagian besar anggaran rumah tangga di Indonesia dominan oleh pengeluaran makanan atau setara dengan 29% dari total penghasilan. Hal tersebut mencerminkan dari tingkat pendapatan abosolut yang lebih rendah di Indonesia.
"Namun demikian hasil survei menunjukkan bahwa rumah tangga-rumah tangga ini optimis seiring dengan positifnya pertumbuhan pendapatan riil hingga 12 bulan ke depan," jelas hasil servei Credit Suisse.
Demikian disampaikan Vice President Equity Research Credit Suisse Securities, Teddy Oetomo dalam press confrence di kantornya, Gedung Sampoerna Strategic Partner, Jalan Dr. Satrio Jakarta, Senin (17/1/2011).
"Penetrasi pasar masih tinggi di luar Jawa, karena di sana tingkat saving-nya tinggi sedangkan konsumsinya rendah. Pendapatan rata-rata mereka juga jauh lebih tinggi," paparnya.
Menurutnya, pendapatan rata-rata penduduk Jawa adalah 2,4 juta per bulan. Ini lebih rendah dari pada luar Jawa yang mencapai 2,84 juta per bulan. Meski pendapatan lebih tinggi, survei membuktikan tingkat konsumsi mereka jauh lebih rendah dibandingkan pulau Jawa.
Tingkat konsumsi yang rendah bukan karena tingkat permintaan yang kurang. Namun lebih karena penetrasi pasar yang dilakukan pelaku industri masih sangat rendah. Ke depan dengan ekspektasi ekonomi tumbuh, dengan didorong oleh peningkatan infrastruktur, maka tingkat konsumsi masyarakat non Jawa pun akan meningkat.
"Tingkat saving (masyarakat) Jawa secara rata-rata 0,24 juta per bulan, dan non Jawa 0,52 juta per bulan. Berarti konsumsi mereka kan lebih rendah, dan belum tentu kecil, dia tidak mampu. Namun lebih ke penetrasi saja yang kurang," paparnya.
Yang menjadi sorotan lebih atas survei tersebut, yaitu sebagian besar anggaran rumah tangga di Indonesia dominan oleh pengeluaran makanan atau setara dengan 29% dari total penghasilan. Hal tersebut mencerminkan dari tingkat pendapatan abosolut yang lebih rendah di Indonesia.
"Namun demikian hasil survei menunjukkan bahwa rumah tangga-rumah tangga ini optimis seiring dengan positifnya pertumbuhan pendapatan riil hingga 12 bulan ke depan," jelas hasil servei Credit Suisse.
Tingkat pengeluaran pun mengalami
tren naik. Ini menunjukkan permintaan yang relatif kuat dan berkelanjutan
terhadap kebutuahn pokok. Namun ada beberapa tanda tipe konsumsi yang lebih
luas berkembang, mengingat adanya dukungan dari pertumbuhan pendapatan riil
yang positif.
"Kepemilikan properti dan kendaraan sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain dalam survei ini. Namun rumah tangga dengan penghasilan lebih tinggi memiliki keinginan membeli yang kuat. Hampir 1/4 rumah tangga dalam survei mengatakan bahwa mereka berencana untuk membeli rumah dalam waktu 2 tahun ke depan. Hampir 1/2 dari mereka yang berpendapatan tinggi berniat untuk menggantikan kendaraan roda dua mereka," ucapnya.
Emerging Consumer Survey merupakan pertama kali di rilis, dengan membahas profil pengeluaran di 4 pasa inti Bazil, Rusia, India dan China, serta Mesir, Indonesia, serta Arab Saudi. Secara keseluruhan konsumen dalam survei ini mewakili 3 miliar dari populasi dunia yang tinggal di negara-negara dengan total GDP mereka lebih dari US$ 10 triliun.
Sumber: detikcom
1.2 Rumusan masalah
Dengan berkembang
pesatnya persaingan bisnis saat ini, maka terjadilah persaingan antara
pengusaha/perusahaan yang semakin ketat sehingga muncullah berbagai spekulasi
terhadap elastisitas pendapatan, antara lain:
v Apa itu
Elastisitas pendapatan?
v Apa itu
efek pendapatan?
v Mengapa Perbandingan
tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi
masyarakat luar jawa dengan masyarakat jawa, yang dilakukan penelitian Credit Sussie Limited menujukkan
tingkat konsumsi Indonesia,?
v Bagaimana Rumus umum Hubungan antara koefisien
elastisitas pendapatan dengan jenis barang?
BAB II
PEMBAHASAN
Elastisitas
Pendapatan (The
Income Elasticity of Demand)
Apa itu Elastisitas
Pendapatan?
Suatu
perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh
terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perubahan tersebut
diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan.
Elastisitas
pendapatan adalah ukuran respon perubahan harga terhadap pendapatan, menurut ceteris
paribus. Elastisitas pendapatan ditetapkan pada suatu titik dalam fungsi yang
besarnya bervariasi sepanjang kurva. Elastisitas pendapatan untuk pangan secara
agregat, sebagaimana banyak produk makanan individual diasumsikan menurun
seiring meningkatnya pendapatan.
Dalam
banyak kasus, nilai koefisien pendapatan adalah positif. Hal ini konsisten
dengan gagasan bahwa pendapatan meningkatkan konsumsi berbagai jenis produk,
demikian pula sebaliknya. Hanya ada sedikit komoditi yang memiliki nilai
elastisitas pendapatan negatif. Dan karena elastisitas pendapatan seringkali
digunakan untuk memproyeksikan permintaan komoditi spesifik, sementara nilai
elastisitas itu sendiri dapat berubah seiring peningkatan pendapatan.
Apa Efek Pendapatan?
Dalam konteks teori ekonomi, efek pendapatan adalah perubahan pendapatan individu atau ekonomi dan bagaimana perubahan yang akan berdampak pada kuantitas yang diminta dari sebuah barang atau jasa. Hubungan antara pendapatan dan kuantitas yang diminta adalah yang positif, seperti meningkatkan pendapatan, demikian juga jumlah barang dan jasa yang diminta.
Ada faktor-faktor selain harga yang mempengaruhi permintaan produk. Elastisitas pendapatan dari permintaan dihitung sebagai perubahan persen dalam kuantitas yang diminta dibagi dengan perubahan persen dalam pendapatan, ceteris paribus.
Ada dua kemungkinan hubungan. Jika permintaan meningkat ketika pendapatan meningkat, elastisitas adalah positif dan baik adalah normal. Jika permintaan menurun ketika meningkatkan pendapatan, elastisitas adalah negatif dan baik adalah rendah.
Pengaruh utama pada elastisitas
pendapatan dari permintaan adalah apakah yang baik adalah sebuah kemewahan atau
kebutuhan. Ketika barang mewah, elastisitas biasanya sangat positif (lebih
besar dari satu). Ketika barang kebutuhan, elastisitas biasanya lebih rendah
(kurang dari satu). Ketika barang-barang yang sangat dasar, mereka bahkan dapat
lebih rendah (kurang dari nol), seperti permintaan yang jatuh ketika pendapatan
naik.
Bagaimana Rumus
umum dan Hubungan antara koefisien elastisitas pendapatan dengan jenis barang
???
Rumus Umum
Pada Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of demand)
memiliki bentuk rumus umum yang dapat dituliskan sebagai berikut :
Keterangan :
Eh =
Elastisitas harga Permintaan
Q =
Jumlah barang yang diminta
Y =
Harga barang yang dimaksud
Δ = Tanda perubahan (Delta)
atau hasil penggabungan
Hasil akhir dari rumus umum elastisitas
tersebut memberikan beberapa kemungkinan yaitu:
- Jika Em= 1 (Unity),
maka 1 % kenaikan dalam pendapatan akan menaikkan 1 % jumlah barang yang
diminta
- Jika Em>1
(Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian yang lebih besar dari
pendapatan terhadap barang.
- Jika
pendapatan naik; jika Em <>in Elastis), maka orang akan membelanjakan
bahagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila pendapatannya
naik.
Maka dapat disimpulkan dari ketiga
kemungkinan tersebut bahwa naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda
elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal
atau superior.
Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut
berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas
terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan
barang inferior atau giffen.
Hubungan antara koefisien elastisitas
pendapatan dengan jenis barang
- Jika Ei bernilai positif berarti barang normal
- Jika Ei bernilai negatif berarti barang inferior
- Jika Ei bernilai posisif dibawah satu berarti barang kebutuhan pokok
- Jika Ei bernilai posisif di atas satu berarti barang mewah
Perbandingan tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat luar jawa dengan
masyarakat jawa, Penelitian yang dilakukan Credit
Sussie Limited akan pasar emerging consumer, menujukkan tingkat konsumsi
Indonesia,?
"Penetrasi
pasar masih tinggi di luar Jawa, karena di sana tingkat saving-nya tinggi
sedangkan konsumsinya rendah. Pendapatan rata-rata mereka juga jauh lebih
tinggi," paparnya.
Menurutnya, pendapatan rata-rata penduduk Jawa adalah 2,4 juta per bulan. Ini lebih rendah dari pada luar Jawa yang mencapai 2,84 juta per bulan. Meski pendapatan lebih tinggi, survei membuktikan tingkat konsumsi mereka jauh lebih rendah dibandingkan pulau Jawa.
Tingkat konsumsi yang rendah bukan karena tingkat permintaan yang kurang. Namun lebih karena penetrasi pasar yang dilakukan pelaku industri masih sangat rendah. Ke depan dengan ekspektasi ekonomi tumbuh, dengan didorong oleh peningkatan infrastruktur, maka tingkat konsumsi masyarakat non Jawa pun akan meningkat.
Menurutnya, pendapatan rata-rata penduduk Jawa adalah 2,4 juta per bulan. Ini lebih rendah dari pada luar Jawa yang mencapai 2,84 juta per bulan. Meski pendapatan lebih tinggi, survei membuktikan tingkat konsumsi mereka jauh lebih rendah dibandingkan pulau Jawa.
Tingkat konsumsi yang rendah bukan karena tingkat permintaan yang kurang. Namun lebih karena penetrasi pasar yang dilakukan pelaku industri masih sangat rendah. Ke depan dengan ekspektasi ekonomi tumbuh, dengan didorong oleh peningkatan infrastruktur, maka tingkat konsumsi masyarakat non Jawa pun akan meningkat.
Kesimpulan
Jadi dikatakan elastisitas pendapatan masyarakat
dan tingkat konsumsi masyarakat di pulau jawa dan diluar jawa dapat
mempengaruhi elastisitas pendapatan masyarakat,dengan demikian masyarakat di
luar jawa lebih rendah dari masyarakat pulau jawa,
Dan elastisitas
pendapatan juga di pengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah sbb :
a)
Faktor – Faktor Ekonomi
b) Faktor Demografi (
kependudukan )
c) Faktor Non Ekonomi